E-LEARNING SEBAGAI SOLUSI?

Artikel | 2 Agustus 2021 | Admin

Dewasa ini program e -learning menjadi ramai dibicarakan dalam proses pembelajaran terlebih dalam menghadapi isu terbatasnya tenaga pangajar, anggaran maupun efiktifitas dalam pencapaian proses pembelajaran. Sehingga pemerintah juga berupaya untuk membuat regulasi dalam pelaksanaannya. Meskipun kita ketahui bahwa untuk beralih dari metode pembelajaran tatap muka menjadi online atau apa yang sering dis ebu t dar ing tidaklah mu dah. Karena perlu didukung oleh hard and software yang memadai yang berdampak pula pada ketersediaan anggaran yang tidak sedikit. Namun permasalahannya, apakah pendekatan ini benar-benar menghasilkan tujuan pembelajaran yang lebih efisien dan efektif ?. Boleh jadi efisien dalam penggunaan waktu yang tidak terhalangi oleh jarak dan penggunaan sarana prasana serta tenaga pendidik, tetapi belum tentu efektif karena ketika kita mendeskripsikan suatu materi dan tujuan pembelajaran maka harus jelas siapa audiens atau peserta kita. Jika peserta didik kita adalah kelompok milenial, maka pendekatan dengan menggunakan metode e -learning merupakan keniscayaan. Karena karakter peserta didik pada era 4.0 tentu lebih cepat beradapstasi dengan sesuatu yang bersentuhan dengan digital dan tekhnologi komunikasi yang serba cepat. Namun dalam situasi dan kondisi yang berbeda, banyak kelompok belajar dengan pendekatan e-learning yang berasal dari lintas generasi khususnya dari generasi X yang notabene kemampuan dalam menghadapi computerize maupun segala bentuk komunikasi dan akses berbasis online masih bervariasi. Karenanya untuk mencapai hasil yang optimal dari suatu proses pembelajaran tentu dibutuhkan adanya strategi yang mampu mengakomodir kebutuhan peserta dalam setiap proses pembelajan. Sementara metode tatap muka yang meskipun mulai terasa tertinggal pada era sekarang tetap menjadi lebih efektif jika kita menempatkannya pada suatu proses tujuan pembelajaran yang sesungguhnya. Pembelajaran mer u paka n s eper an gkat ti ndakan yang dirancang untuk mendukung proses belajar peserta didik, dengan memperhitungkan kejadian-kejadian eksternal yang berperanan terhadap rangkaian kejadian-kejadian internal yang berlangsung di dalam peserta didik (Winkel, 1991). D engan prins ip bahwa belajar bisa dilakukan oleh siapa saja, baik anak-anak maupun manusia dewasa maka kita harus melihat bagaimana pendekatan pada masing-masing untuk ketercapaiannya. Keberhasilan belajar peserta didik tentu tidak terlepas dari adanya faktor internal dan eksternal yang mempengaruhinya. Faktor internal, seperti adanya keinginan belajar yang berasal dari dalam diri sendiri, yang secara berkesinanbungan dilakukan hingga terjadi perubahan tingkah laku. Dorongan dari dalam pada diri setiap orang juga bisa berbeda tergantung pada sejauhmana motivasi/ dorongan yang dipengaruhi oleh faktor lingkungannya, bakat (aptitude) yang dimiliki, keterampilan, minat, motivasi, kondisi fisik, dan mental serta tingkat kecerdasanya. Sementara pada faktor eksternal, adalah kondisi di luar individu peserta didik yang mempengaruhi belajarnya, seperti lingkungan tempat belajarnya/sekolah/ kampus/lembaga, lingkungan keluarga dan masyarakat. Oleh karenanya, ketika kita mengembalikan konsep dasar belajar sebagai proses perubahan baik dalam bentuk peningkatan pengetahuan maupun tingkah laku akibat adanya interaksi dengan lingkungan, maka pendekatan dengan metode tatap muka maupun e-learning tentu merupakan pilihan yang harus disesuaikan dengan peserta dalam proses pembelajaran. Ketika kita sedang melakukan proses perubahan tingkah laku, tentu ada upaya yang dilakukan secara sadar berdasarkan pengalaman ketika berinteraksi dengan lingkungan. Apakah proses ini bisa dilakukan dengan pendekatan elearning? Karena setiap perubahan perilaku yang terjadi harus dapat dilihat atau diamati dalam bentuk perbuatan reaksi dan sikap secara mental dan fisik. Tentu Tatap muka lebih efektif dalam pendekatan ini. Lantas bagaimana pula ketika kita dihadapkan pada banyaknya kelas dengan kualitas tenaga pendidik yang terbatas, belum lagi dalam hal penguasaan pada materi tertentu hanya dimiliki oleh pendidik atau fasilitator yang terbatas pula, dan berlokasi pada lokus yang tidak sama. Ditambah dengan besarnya anggaran untuk bisa mewujudkan kelas paralel? maka pada kondisi ini tentu pendekatan elearning lebih efektif dalam mencapai tujuan pembelajarannya. Terhadap kedua kondisi diatas, tentu memiliki kelebihan dan kekurangan manakala kita berangkat dari kondisi peserta didik dengan latar belakang internal yang berbeda dan tujuan umum pembelajaran yaitu peningkatan kompetensi dan perubahan perilaku yang dapat kita kombinasikan dalam model Blended Learning yang merupakan gabungan keunggulan pembelajaran yang dilakukan secara tatap -muka dan virtual

Ikuti Kami di Sosial Media

Kemudahan informasi dalam satu sentuhan